1. ASAL USUL DESA
Pesanggrahan, pada zaman dahulu adalah merupakan sebuah tempat dimana para Petinggi Kerajaan beristirahat dalam perjalanannya. Konon para Raja, Ratu, Adipati dan Punggawa Kerajaan antara lain Raja Mataram bersama para istri selirnya sering melaksanakan permandian di sumber mata air panas Songgoriti dan kemudian beristirahat atau “Mesanggrah” [bahasa Jawa] di daerah yang sekarang adalah Desa Pesanggrahan. Geografis wilayah Pesanggrahan yang terletak di kaki lereng Gunung Panderman dengan panorama yang indah serta hawanya yang sangat sejuk saat itu menjadikan daya tarik tersendiri bagi siapapun yang sedang dalam perjalanan untuk beristirahat di tempat ini, maka pada akhirnya daerah ini dinamakan “DESA PESANGGRAHAN.” Dalam era perkembangannya, karena tingkat pertambahan penduduk yang meningkat dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin tinggi dengan norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan, Desa Pesanggrahan terbagi menjadi beberapa wilayah kecil yang disebut “Dusun” dengan nama yang juga diambil dengan mengikuti sejarah asal-usul dusun masing-masing.
a. DUSUN SREBET
Kata “Srebet”, berasal dari bahasa Jawa “Semrebet“, dalam kosakata bahasa Indonesia kata tersebut bersinonim dengan kata “Semerbak” yang memiliki makna “menebar/semerbaknya aroma harum/wangi.” Adapun versi masyarakat yang lain mengatakan bahwa makna kata “Semrebet“ adalah diambil dari sebuah bunyi baju jarik seorang perempuan yang pada saat berjalan berbunyi “Brebat-brebet“ [bahasa Jawa].
Akhirnya nama Dusun Srebet diambil dari perpaduan dua versi pemahaman yaitu menebarnya [Semrebet] aroma harum dan bunyi [Brebat-brebet] baju jarik seorang perempuan yang diyakini oleh warga masyarakat sebagai orang yang berjasa membuka/Bedah Kerawang Dusun Srebet, pada umumnya masyarakat menyebutnya dengan sebutan “Mbah Nyai Ageng Maimunah Mayangsari.”
Sejarah tentang kisah biografi dan asal-muasal tokoh yang diyakini masyarakat setempat sebagai salah seorang pengikut Pengeran Diponegoro tersebut hingga kini masyarakat tidak ada yang dapat menerangkannya, dan petilasan yang berupa “Makam atau Pesarean“ beliau yang berada di Jl. Cempaka Gang Pesarean selalu diziarahi atau dikunjungi masyarakat baik dari dalam maupun luar desa/Kota Batu.
b. DUSUN WUNUCARI
Dusun Wunucari terletak disebelah utara dan berbatasan dengan Dusun Srebet. Pada mulanya dusun ini adalah sebuah wilayah dusun kecil yang sangat banyak ditumbuhi pepohonan besar dan rindang, diantara banyaknya pepohonan tersebut terdapat satu pohon yang paling besar yang konon masyarakat menyebutnya kala itu dengan nama pohon “Wunut“, sehingga pada akhirnya sebutan “Wunut” tersebut dipakai sebagai nama daerah ini yaitu “Dusun Wunucari.”
c. DUSUN KRAJAN/PESANGGRAHAN
Dusun Krajan/Pesanggrahan tepatnya berada disekitar Balai Kota Batu [sekarang ini]. Dusun ini dinamakan “Pesanggrahan” atau “Krajan“, asal kata singkatan dari “Kerajaan“ yang diambil dari kisah bahwa di tempat inilah pada zaman dahulu para Raja, Adipati dan Pembesar Kerajaan beristirahat melepas kelelahan dalam perjalanannya.
Fakta sejarah hingga kini bahwa di daerah ini terdapat banyak berdiri fasilitas peristirahatan yang berupa hotel dan villa.
d. DUSUN MACARI/PESANTREN
Pada zaman dahulu di daerah ini telah hidup seorang ulama yang menyebarkan ajaran agama Islam, masyarakat menyebutnya dengan nama “Kyai Matsari” [bahasa Jawa], asal kata sebutan nama beliau tersebut berasal dari bahasa Arab yaitu “Kyai Akhmad Asy’ari.” Pada masa itu beliau telah mendirikan sebuah tempat pendidikan agama berupa pesantren sebagai tempat beliau mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat.
Karismatik beliau sebagai seorang ulama yang mengajarkan agama islam telah membawa perubahan masyarakat di daerah tersebut menjadi daerah santri, sehingga yang pada akhirnya nama beliau dipakai sebagai nama dusun tersebut yaitu “Akhmad Asy’ari” masyarakat melafalkan dengan sebutan “Matsari” kemudian dilafalkan dengan lebih mudah menjadi “Macari” atau masyarakat saat itu sering pula menyebut daerah ini dengan sebutan “Dusun Pesantren” yang letaknya kini di sebelah timur Balai Kota Batu.
e. DUSUN TUYOMERTO / SERUH
Tuyomerto atau Seruh/Seruk, dahulu merupakan daerah pegunungan dengan perkebunan jeruk dan kopi. Karena letaknya yang berada di daerah pegunungan sehingga banyak terdapat binatang buas yang berkeliaran di daerah tersebut seperti harimau, rusa, babi hutan dll. Pada areal hutan dan perkebunan ini masyarakat sekitar sering menjumpai bekas garukan “Serutan“ [bahasa Jawa] jejak kaki harimau di tanah, dan pada malam hari seringkali terdengar bunyi raungan harimau yang sangat seru [bahasa Jawa], dalam kosakata bahasa Indonesia “Seru” memiliki arti “melolong keras”. Dari suara raungan harimau serta garukan/serutan harimau tersebut, pada akhirnya masyarakat menyebut daerah itu dengan nama Dusun “Seruh/Seruk.”
Pada tahun 1973 dengan kondisi tingkat sosial ekonomi masyarakat di daerah ini yang mulai berkembang, maka atas prakarsa seorang petugas Dinas Pengairan Kabupaten Malang yang bernama Iskhak, masyarakat diajak mandiri secara swadaya berusaha keras menanggulangi permasalahan masyarakat yang saat itu sedang mengalami krisis air, dengan upaya membangun jaringan instalasi saluran air yang berasal dari lereng selatan Gunung Panderman tepatnya di daerah padang rumput Cemoro Kandang.
Dengan terealisasinya pembangunan jaringan instalasi tersebut maka melimpahlah sarana air minum di daerah ini. Karena kondisi melimpahnya debit air inilah, maka akhirnya nama “Dusun Seruh/Seruk” dengan kesepakatan masyarakat setempat berubah nama menjadi “Dusun Tuyomerto”.
2. SEJARAH KEPEMIMPINAN DESA PESANGGRAHAN
Dalam masa perkembangannya Pemerintah Desa Pesanggrahan sejak Era Pendudukan Hindia Belanda hingga masa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini, Desa Pesanggrahan telah mengalami periode sejarah kepemimpinan sebagai berikut :
NO PETINGGI/KEPALA DESA TAHUN MENJABAT MASA JABATAN
1 BUANG 1856 – 1881 25 tahun
2 PAIDIN 1881 – 1882 1 tahun
3 DARNO 1882 – 1892 10 tahun
4 KERTO SINGO KERTO 1892 – 1902 10 tahun
5 WONGSO REJO 1902 – 1909 7 tahun
6 MARDJAN AMAT REDJO 1909 – 1943 34 tahun
7 YAHDI 1943 – 1945 2 tahun
8 TRIMURTI WIRJO WISASTRO 1945 – 1967 22 tahun
9 YOSEPH KAERUN [PJ] 1967 – 1968 1 tahun
10 WIRJO TARUNO 1968 – 1978 10 tahun
11 RAMELAN [PJ] 1978 – 1979 1 tahun
12 H. MOCH. RIFA’I 1979 – 1988 9 tahun
13 TAMAT 1988 – 1990 2 tahun
14 SOEJITNO 1990 – 1998 8 tahun
15 SULIYANAH [PJ] 1998 – 1999 1 tahun
16 Drs. H. ISMAIL HASAN, MM. 1999 – 2008 8 tahun
17 ANAM SUYANTO 2008 – 2013 6 tahun
Friday, February 12, 2010
SEJARAH DESA PESANGGRAHAN ( DESAKU )
Posted by
Labels:
Information
KOMENTAR TERAKHIR
MY FRIEND
KODE WARNA
ARAHKAN MOUSE KE IMAGE AKAN BERHENTI
Blogger templates
MAU SEPERTI DIATAS KLIK DISINI
0 comments:
Post a Comment